Langsung ke konten utama

obat antipsikotik :fenotiazin

FENOTIAZIN (PROKLORPERAZIN)

Fenotiazin merupakan golongan obat antipsikotik. 

Fenotiazin dibagi ke dalam tiga kelompok: 
alifatik, piperazin, dan piperadin, yang perbedaan utamanya terutama pada efek sampingnya. Fenotiazin alifatik menghasilkan efek sedatif yang kuat, menurunkan tekanan darah, dan mungkin menimbulkan gejala-gejala ekstrapiramidal (EPS = Extrapyramidal Symptoms). Fenotiazin piperazin menghasilkan efek sedatif yang sedang, efek antiemetik yang kuat, dan beberapa menurunkan tekanan darah. Obat-obat ini juga menyebabkan timbulnya lebih banyak gejala-gejala ekstrapiramidal dari pada fenotiazin yang lain. Fenotiazin piperadin mempunyai efek sedatif yang kuat, menimbulkan sedikit gejala-gejala ekstrapiramidal, dapat menurunkan tekanan darah, dan tidak mempunyai efek antiemetik.


1.    Derivat Fenotiazin
Farmakodinamik : Salah satu derivat dari fenotiazin adalah Klorpromazin (CPZ) adalah 2-klor-N-(dimetil-aminopropil)-fenotiazin. Derivat fenotiazin lain dapat dengan cara substitusi pada tempat 2 dan 10 inti fenotiazin. CPZ (largactill) berefek farmakodinamik sangat luas. Largactill diambil dari kata large action.Sususan Saraf  Pusat : CPZ  menimbulkan efek sedasi disertai sikap acuh tak acuh terhadap rangasangan lingkungan. Pada pemakaina lama dapat timbul toleransi terhadap efek sedasi. Timbulnya sedasi amat tergantung dari status emisinal penderita sebelum minum obat.  Klorpromazin berefek antispikosis terlepas dari efek sedasinya. CPZ menimbulkan efek menenangkan pada hewan buas. Efek ini juga dimiliki oleh obat obat lain, misalnya barbiturat, narkotij, memprobamat, atau klordiazepoksid. Bebeda dengan barbiturat, CPZ tidak dapat mencengah timbulnya konvulsi akibat rangsang listrik maupun rangsang obat. Semua derivat fenotiazin mempengaruhi gangglia basal, sehimgga menimbulkan gejala parkinsonisme (efek ekstrapiramidal ).CPZ dapat mempengaruhi atau mencengah muntah yang disebabkan oleh rangsangan pada chemo reseptor trigger zone. Muntah disebabkan oleh kelainan saluran cerna atau vestibuler.fenotiazin terutama yang potensinya rendah menurunkan ambang bangkitan sehingga penggunanya pada pasien epilepsi harus berhati-hati. Otot Rangka: CPZ dapat menimbulkan relaksasi otot skelet yang berada daam keadaan spastik. Cara kerjanya relaksasi ini diduga bersifat sentral, sebab sambungan saraf otot dan medula spinalis tidak dipengaruhi CPZ.
Farmakokinetik:
Kebanyakan antipsikosis absorbsi sempurna, sebagian diantaranya mengalamimetabolisme lintas pertama. Biovailabilitas klorpromazin dan tioridazin berkisar antara 25-35%sedangkan haloperidol mencapai 65%. Kebanyakan antipsikosis bersifat larut dalam lemak danterikat kuat dengan protein plasma(92-99%) serta mamiliki volume distribusi besar ( >7 L/kg).Metabolit klorpromazin ditemukan di urin sampai beberapa minggu setelah pemberian obat terakhir.
Mekanisme kerja:
Obat anti psikosis memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neurondi otak, prosesnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 reseptor antagonis). Obat anti psikosis yang baru (misalnya risperidone) di samping berafinitas terhadap dopamine D2 reseptor juga terhadap serotonin.
Efek samping:
CPZ menghambat ovulasi dan menstruasi. CPZ juga menghambat sekresi ACTH. Efek terhadap sistem endrokin ini terjadi berdasarkan efeknya terhadap hipotalamus. Semua fenotiazin, kecual klozapin enimbulkan hiperprolaktinea lewat penghambatan efek sentral dopamin.batas keamanan CPZ cukup lebar, sehingga obat ini cukup aman. Efek samping umumnyamerupaan perluasan efek farmakodinamiknya. Gejala idiosinkrasi mungkin timbul,berupa ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini disertai eosinofilia dalam darah perifer.
Kardiovaskular: CPZ dapat menimbulkan hipotensi berdasarkan beberapa hal, yaitu:
·          Refleks presor yang penting untuk mempertahankan tekanan darah yang dihambat oleh CPZ;
  • CPZ berefek a-bloker;
  • CPZ menimbulkan efek intropotik negatif pada jantung
2.    Dibenzodiasepin
Farmakodinamik : Klordiazepoksid dan diazepam merupakan prototip derivat benzodiazetin  yang digunakan secara meluas sebagai antiasietas.
Klozapin menunjukkan efek dopaminergik lemah, tetapi dapat mempengaruhi fungsi saraf dopamin pada sistem mesolimbik-mesokortikal otak;yang behubungan dengan fungsi emosional dan mental lebih tinggi, yang berbeda dari dopamin neuron didaerah nigrostriatal (daerah gerak ) dan tuberoinfundibular (daerah neuroedokrin). Klozapin efektif untuk menggontrol gejala- gejala spikosis dan skizofrenia baik yang positif (iritabilitas) maupun yang negatif (social disinterest dan incompetence, personal neatness). Obat ini berguna untuk  pengobatan pasien refrakter dan terganggu berat dalam proses pengobatan. Selain itu, obat ini sangat cocok untuk pasien yang menunjukkan gejala ekstrapiramidal yang berat bila diberikan antispikosis yang lain. Namun karena klozapin memiliki resiko timbul nya agranulositosis yang lebih tinggi dibandingkan antispikosis lain.
Farmakokinetik       : klozapin diabsorpsi secara cepat dan sempurna pada pemberian per oral; kadar puncak plasma tercapai pada kira-kira 1,6 jam setelah peberin obat. Kloapin secara eksentif diikat potein plasma (<95%), obat ini dimetabolisme hampir sempurna sebelum dieksksresi leawat urin dan tinja dengan waktu paru rata- rata 11,6 jam.
Mekanisme kerja   : Mekanisme kerja : mekanisme kerja benzodiazepin merupakan potensiasi inhibisi neoron dengan GABA sebagai mediatornya.
Efek samping       : agranulositosis merupakan efek samping uatama yang ditimbulkan pada pengobatan dengan klozapin. Pada pasien yang mendapat klozapin selama 4 minggu atau lebih, risiko terjadinya kira- kira 1,2 %. Gejala ini timbul paling sering 6-18 minggu setelah pemberian obat. Pada kegunaan dosisi terapi jarang timbul kantuk tetapi pada takar lajak benzodiazepin menimbulkan depresi ssp. Efek antisietas diazepam dapat diharapkan terjadi bila kadar dalam darah mencapai 300-400 mg/ml.Efek samping lainnya yang dapat terjadi antara lain: Hipertermia, Takikardia, Sedasi, Pusing kepala, dan Hipersalivasi.

3.    Dibenzoxazepin
Farmakodinamik               :          Termasuk derivat senyawa ini adalah loksapin. Obat ini mewakili golongan anti spikosis yang baru dengan rumus kiamia yang beda dari fenotiazin, butirofenon, tioksanten, dan dihidroiodonlon. Lokspin memiliki efek antiemetik, sedatif , antikolinergik dan antiadrenergik. Obat ini berguna untuk mengobati skizofrenia dan spikosis lainnya.     
Farmakokinetik                  :          Diabsorpsi baik per oral, kadar puncak plasma dicapai dalam waktu 1 jam (IM) dan 2 jam (oral). Waktu paruh loksapin ialah 3,4 jam. Metabolit utamanya (8-hidroksi loksapin) memiliki waktu paruh lebih lama (9 jam).
Efek samping                     :           Insiden reaksi ekstrapiramidal (selain diskinesia tardif) terlaetak anatara fenotiazin alifatik dan fenotiazin piperazin. Seperti antispikotik lainya dapat menurunkan ambang bangkitan pasien , sehingga harus hati- hati digunakan pada pasien dengan riwayat kejang.

4.    Butirofenon
Farmakodinamik               :           Berguna untuk menenangkan keadaan mania penderita spikosis yang karena hal tertentu tidak dapat diberi fenotiazin. Reaksi ekstrapiramidal timbul pada 80% penderita yang diobati haloperidol. Oksipertin merupakan derivat butirofenon yang banyak kesamaan dengan CPZ. Oksipertin berefek blokade adrenerregik dan atiemetik serta dapat menimbulkan parkinsonise pada manusia.       
Farmakokinetik                  :           Cepat diserap disaluran cernaKadar puncak dalam plsma tercapai dalm waktu 2-6 jam sejak menelan obat, menetap sampai 72 jaam dan masih dapat ditemukan dalam plasma sampai berminggu-minggu. Obat ini ditimbun dalam hati dan kira-kira 1% dari dosis yang diberikan diekskresi melalui empedu.
Efek samping                     :          Haloperidol menimbulkan reaksi ekstrapramidal dengan insiden yang tinggi , terutama pada penderita usia muda. Pengobatan haloperidol harus dimulai dengan hati- hati. Dapat terjadi deprsei akibat reversi keadaan maniak atau sebagai efek samping yang sebenarnya.

5.    Dihidroindolon
Farmakodinamik               :           Obat psikosis yang memiliki kemampuan obat antipsikotik memblok reseptor dopamine D2 berkorelasi dgn keampuhan kinisnya. Penelitian hewan menunjukan bahwa sisntesis dan metabolisme dopamine meningkat pada pengobatan akut dan pengaturan naik (upregulation) terjadi setelah beberapa minggu peberian antipsikotik. Mungkin efek – efek ini terjadi sebagai reespon pengaturan pada penurunan transmisi dopaminergik yang diinduksi oleh obat.
Efek samping                     :           Sedikit efek sedatif atau ekstrapiramidal, tidak ada efek hipotensi. Beberapa efek antikolinergik.

6.    Thioxanthin
Farmakodinamik               :          golongan obat ini bertindak sebagai obat psikosis dengan efek sedatif dan efek hipnotis yang diberikan sama kuatnya.Kerja  obat antipsikotik sangat kompleks. Kemampuan obat antipsikotik memblok reseptor dopamine D2 berkorelasi dgn keampuhan kinisnya. Penelitian hewan menunjukan bahwa sisntesis dan metabolisme dopamine meningkat pada pengobatan akut dan pengaturan naik (upregulation) terjadi setelah beberapa minggu peberian antipsikotik. Mungkin efek – efek ini terjadi sebagai reespon pengaturan pada penurunan transmisi dopaminergik yang diinduksi oleh obat.
Efek samping                     :           Efek sedatif dan hipotensi kurang dibanding klorpromazin.

DAFTAR PUSTAKA

1.    Ganiswara SG, Setiabudy R, Suiyatna FD, Purwantyastuti, editor. 1995. Farmakologi dan Terapi. Jakarta: Bagian Farmakologi Fakultas kedokteran Universitas Indonesia.
2.    Drs. Tan  Hoan Tjay dan  Drs Kirana Rahardja.2002. Obat-obat penting dan khasiat,penggunaan,dan efek sampingnya. Jakarta : PT Elex Media Kompuntindo Kelompok Gramedia. Edisi ke kelima.

Pertanyaan:
1.  Kenapa efek sedatif klorpromazin lebih tinggi dari  derivat fenotiazin lainnya?
2. Bagaimana meningkatkan efek terapi dari derivat fenotiazin?
3. Apakah CPZ aman dikonsumsi oleh ibu hsmil dan menyusui?
4. Kapan obat dapat menimbulkan efek yang diharakan?
5. Bagaimana ADME dari obat derivat fenotiazin ?

Komentar

  1. saya akan mncoba mnjwab prtanyaan nmr 3
    mnrt saya akan lbh baik jika ibu hamil ataupun menyusui jgn mnggunakan obat cpz krn di khawatirkan akan berdmpak buruk pd janin dan bayi nya, dan saya sarankan utk didiskusikan lagi oleh dokter

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tidak ada penelitian yang memadai mengenai risiko penggunaan obat ini pada ibu hamil atau menyusui.
      Untuk itu, memang sebaiknya selalu konsultasikan kepada dokter untuk mempertimbangkan potensi manfaat dan risiko sebelum menggunakan obat ini.
      Obat ini termasuk ke dalam risiko kehamilan kategori N menurut US Food and Drugs Administration (FDA).

      Berikut referensi kategori risiko kehamilan menurut FDA :

      A= Tidak berisiko,

      B=Tidak berisiko pada beberapa penelitian,

      C=Mungkin berisiko,

      D=Ada bukti positif dari risiko,

      X=Kontraindikasi,

      N=Tidak diketahui

      Hapus
    2. Hai kak, berdasarkan yang kakak jelaskan dimana obat ini efeknya belum diketahui pada ibu hamil, sebaiknya dihindari penggunaan obat ini oleh ibu hamil untuk mencegah terjadinya efek yang tidak diinginkan yang kemungkinan berdampak pada janin

      Hapus
    3. Saya setuju dengan pendapat tersebut. Berkaitan dengan mekanisme kerjanya yaitu Obat anti psikosis memblokade dopamine pada reseptor pasca sinaptik neurondi otak, prosesnya di sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal (dopamine D2 reseptor antagonis). Obat anti psikosis yang baru (misalnya risperidone) di samping berafinitas terhadap dopamine D2 reseptor juga terhadap serotonin. Efek samping yang ditimbulkan dikhawatirkan dapat beresiko terhadap janin yang sedang dikandung.

      Hapus
  2. Hay dika saya mencoba menjawab pertanyaan no.4
    obat ini bekerja biasanya 40 menit setelah pemberian per oral. Kalau secara IM 15-35 menit. Kalau secara IV mungkin lebih cepat lagi.

    BalasHapus
  3. Obat dapat memberikan efek yang diharapkan apabila berikatan dengan reseptornya.
    Onset adalah Waktu dari saat obat diberikan hingga obat terasa kerjanya.
    Seperti yang dijelaskan onset obat yang diberikan secara oral ternyaa lebih lama dari pada rute pemberian obat lainnya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. dr pendapat yang saudara jabarkan maka dpt disimpulkan bahwa, dibandngkan sediaan yg lain maka apabila pengobatan membutuhkan onset yang lama maka sediaan tablet cocok unntuk digunakan

      Hapus
  4. 1. cpz lebih banyak zat aktif yang masuk melintasi sawar darh otak, dibaningkan fenotiazin laiiinya, sehingga efek sedatifnya lebih besar

    BalasHapus
  5. 2. efek terapi suatu obat fenotiazin dapat ditingktkan dengan mengkombinasikan dengan obat lain yg kerjanya sinergis, dapat juga dilakan modifikasi pada farmakofornya

    BalasHapus
  6. 3. sebaiknya jangan digunakan pada ibu hamil dan menyusui karena berdmpak toksik pada janin

    BalasHapus
  7. 5. Kebanyakan antipsikosis absorbsi sempurna, sebagian diantaranya mengalamimetabolisme lintas pertama. Biovailabilitas klorpromazin dan tioridazin berkisar antara 25-35%sedangkan haloperidol mencapai 65%. Kebanyakan antipsikosis bersifat larut dalam lemak danterikat kuat dengan protein plasma(92-99%) serta mamiliki volume distribusi besar ( >7 L/kg).Metabolit klorpromazin ditemukan di urin sampai beberapa minggu setelah pemberian obat terakhir.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya setuju dengan pendapat kak yanti dimana obat dimetabolisme di hati dengan bantuan enzim seperi sitokrom p45 sedangkan ekskresi nya banyak dikeluarkan melalui urin tetapi ada juga yang dikeluarkan melalui keringat, saliva dsb

      Hapus
  8. tidak aman untuk digunakan pada ibu hamil apalagi dalam fase ini bayi di dalam kandungan belum memiliki sistem imunitas yang terbangun, dikhawatirkan obat ini akan menghambat perkembanganannya karena obat ini dapat sampai ke janin melalui plasenta

    BalasHapus
  9. menurut artikel yang saya baca cpz lebih banyak zat aktif yang masuk melintasi sawar darah otak, dibaningkan fenotiazin lainya, sehingga efek sedatifnya lebih besar

    BalasHapus
  10. jawaban no 3
    tidak ada penelitian yg memadai . tetapi menurut saya sebaik nya jgn dikonsusmsi dg bu hamil karena akan membuat efek yg tidak baik pada janin

    BalasHapus
  11. saya akanmencoba menjawab pertanyaan no 2.
    derivat fenotiazin seperti klorpromazin dapat ditingkatkan oleh delavirdin, fluoksetin, mikonazol, paroksetin, pergolid, kuinidin, kuinin, ritonavir, ropinirol dan inhibitor CYP2D6 lainnya.

    BalasHapus
  12. obat ini tidak boleh di konsumsi oleh ibu hamil, karena dapat mempengaruhi janin

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

kimia farmasi: antihistamin

Antihistamin PENDAHULUAN Anti histamin adalah zat yang digunakan untuk mencegah atau menghambat kerja histamin pada reseptornya. Histamin sendiri berasal  dari bahasa Yunani yaitu histos yang berarti jaringan, adalah autakoid yang berperan penting pada aktivitas organ tubuh baik pada proses yang fisiologis maupun patologis. Aktivitas blokade histamin pertama kali diketahui pada tahun 1937 oleh Bovet dan Staub pada sebuah rangkaian amin dengan fungsi eter fenolik. Senyawa ini, 2-isopropil-5-metilfenoksietildietilamin, melindungi babi guinea dari berbagai dosis letal histamin, mengantagonisasi spasme berbagai otot polos yang diinduksi oleh histamine, dan menurunkan gejala-gejala renjatan anafilaksis. Obat ini terlalu toksis untuk penggunaan klinis, tetapi pada tahun 1944, Bovet dkk telah memperkenalkan pirilamin maleat yang hingga saat ini masih menjadi salah satu antagonis histamin yang efektif, Goodman and gilman’s selanjutnya diikuti perkembangan antihistamin di Amerika yang be

kimia farmasi :farmakofor

Farmakofor Definisi resmi dari IUPAC, 1998: "Farmakofor adalah sekumpulan fitur sterik dan elektronik yang penting untuk menjamin interaksi supramolekular yang optimal dengan struktur target biologis yang spesifik  dan untuk memicu (atau menghambat respons biologisnya". Farmakofor sendiri tidak mewakili molekul ataupun gugus fungsi, tetapi lebih pada konsep abstrak pada kapasitas interaksi molekuler. Farmakofor merupakan deskripsi abstrak dari fitur molekul yang penting untuk rekognisi molekul ligan berdasarkan fungsi makromolekul biologisnya. Farmakofor tidak merepresentasikan kondisi nyata molekul atau asosiasi gugus fungsional secara nyata, namun merupakan konsep abstrak yang berhubungan dengan kapasitas interaksi molekuler secara umum dari kelompok senyawa berkaitan dengan struktur targetnya. Farmakofor dapat didefinisikan sebagai denominator umum terbesar yang ditunjukan oleh set molekul yang aktif. Definisi ini menghilangkan kesalahan yang sering ditemukan pad

Mekanisme Efek Samping Obat : Imipramine

IMIPRAMIN : Obat Antidepresan Gambar 1. Imipramine Imipramin adalah antidepresan dari golongan trisiksik pertama yang dikembangkan pada tahun 1950 dan mulai tahun 1957 secara klinik mulai digunakan dalam terapi. Merupakan suatu senyawa derivat dari dibenzazepin yang karena struktur kimianya disebut sebagai antidepresi trisiklik. Obat ini paling banyak digunakan untuk terapi depresi dan dianggap sebagai pengganti penghambat MAO (Monoamin Oksidase) yang tidak banyak digunakan lagi. Perbaikan berwujud sebagai perbaikan suasana (mood), bertambahnya aktivitas fisik, kewaspadaan mental, perbaikan nafsu makan, dan pola tidur yang lebih baik. Indikasi: Depresi, nocturnal enuresis pada anak. Tatalaksana nyeri kronik pada orang dewasa, profilaksis nyeri kepala vaskuler, cluster headhe, dan insomnia. Efek Samping : Imipramin merupakan obat yang relatif aman, efektif dan efek yang kurang sedatif, namun imipramin memiliki efek samping antimuskarinik (mulut kering, pandangan kabur,